Keinginan kuat untuk mandiri, memotivasi Subkhan Nurtaufiq (41) menekuni dunia wirausaha dibandingkan harus menjadi pekerja (buruh) seperti kebanyakan pemuda lain di kampungnya. Dengan modal ‘nekat’, Nurtaufiq yang baru lulus dari sekolah menengah kala itu memberanikan diri mengkreasi limbah kelapa (batok) menjadi produk kerajinan yang unik. Cibiran yang datang dari masyarakat sekitar terkait pilihan hidupnya itu justru makin membulatkan tekad Nurtaufiq muda untuk membuktikan diri bahwa batok bisa mengantarkannya menjadi pengusaha sukses.
Harga beragam kreasi kerajinan Cumplung Aji cukup bervariasi, yaitu berada pada range Rp.2.000,00/pcs sampai dengan Rp.70.000,00/pcs. Produk-produk tersebut saat ini tersebar ke berbagai wilayah di tanah air seperti Jakarta, Surabaya, Batam, dan Medan; serta diekspor ke Jepang, USA, dan negara-negara Eropa. Dalam sebulan, Nurtaufiq mengaku bisa memperoleh omzet sampai dengan 150 juta Rupiah. “Untuk omzet sebenarnya fluktuatif, ketika sedang sepi pesanan, kami biasanya memperoleh 5 juta, namun ketika pesanan terutama untuk ekspor ramai, bisa mencapai 150 juta,” terang ayah dua orang putra tersebut.
Selain dipasarkan secara langsung, produk kreasi Cumplung Aji juga banyak dipasarkan oleh orang lain atau sistem reseller. Salah seorang reseller yang sudah cukup lama menjalin kerjasama dengan Cumplung Aji adalah sdri. Triwati (22). Pemudi asal Kalikotes Jombor Klaten tersebut sudah ikut serta ‘menjualkan’ produk Cumplung Aji sejak tahun 2009, ketika awal kuliah di D3 Akuntansi UGM. Melalui blog pribadi serta jejaring sosial, Wati yang belum lama ini menyelesaikan pendidikan akuntasinya tersebut memasarkan beragam jenis kreasi kerajinan batok disela kesibukannya menjalani rutinitas perkuliahan.