Sejak mengenyam bangku kuliah, Satriyo memang memiliki keinginan keras untuk membuka sebuah usaha. Konsultan arsitek, toko online, jual kerajinan, hingga membuka resto pernah dilakoni sarjana arsitektur tersebut meskipun dalam perjalanannya semuanya tutup alias bubar. Namun kegagalan tersebut justru semakin menguatkan semangat Satriyo untuk terus menemukan peluang usaha apa yang sekiranya cocok dengan karakter yang dia miliki. Beruntung, Satriyo bertemu dengan salah seorang teman yang menawarinya untuk bekerjasama mengembangkan bisnis jaket batik di Yogyakarta. Sebuah inovasi bisnis yang memadukan antara fashion modern dengan nuansa traditional batik.
“Modal utama saya ketika itu adalah keyakinan, meskipun harus belajar dari nol namun saya yakin bahwa usaha batik ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, terlebih ketika itu memang belum ada usaha yang khusus memproduksi jaket batik dengan desain casual anak muda,” lanjutnya. Setelah mulai tumbuh keyakinan dalam dirinya, Satriyo harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa teman yang dulu mengajak dirinya untuk join dalam bisnis tersebut memutuskan untuk berhenti. Alhasil, Satriyo harus menata ulang konsep usahanya tersebut untuk terus bisa survive dan diminati oleh khalayak.