Tanpa Wi-Fi, Kopi Ampirono Tetap Memikat Pelanggan

Konsumen di Kopi Ampirono terbentuk secara alami dan terseleksi. Saat pertama kali dibuka, pertanyaan terkait Wi-Fi sering muncul, terutama dari kalangan yang sangat muda seperti pelajar SMP dan SMA. Namun, pasar yang dijangkau lebih terfokus pada kalangan mapan dengan penghasilan, baik yang sudah bekerja maupun mahasiswa yang bukan dari kalangan minim penghasilan. Mereka mengunjungi tempat ini untuk menikmati suasana dan hidangan yang disajikan, bukan untuk berinternet. Di sini, tidak disediakan Wi-Fi bahkan sulitnya akses dari provider seperti Telkomsel atau Indosat. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendorong pengunjung menikmati suasana dan interaksi sosial tanpa terpaku pada gadget mereka.

Strategi awal Kopi Ampirono melibatkan pihak pemerintah setempat seperti RT, RW, kelurahan, dan kecamatan dalam audiensi untuk menyampaikan visi dan misi tempat tersebut. Meskipun awalnya kontroversial dan memunculkan keraguan, kesuksesan tempat ini kemudian membuktikan banyak orang salah. Meskipun ada keraguan dari beberapa orang, hal itu menjadi motivasi bagi pemilik untuk membuktikan bahwa tempat mereka memiliki nilai dan daya tarik tersendiri. Dalam kurun waktu singkat, Kopi Ampirono berhasil dikenal luas, terutama melalui manajemen branding yang maksimal di media sosial, yang menjadi alat yang kuat untuk menjangkau audiens.