Mengenal Jamur Karena Gempa

Ketekunan dan kesabaran menjadi kunci bagi Bapak Haryanto (44) menjalankan usaha pembibitan dan budidaya jamur tiram di pekarangan rumahnya. Kendati baru pada awal tahun 2011 menekuni usaha tersebut, namun berbekal pengalamannya ‘bergelut’ dengan LSM yang menaungi para petani jamur, Pak Haryanto saat ini mampu memproduksi 300 baglog/ hari dan 200 kg jamur tiram segar/ bulan. Di rumahnya Tegalsari Sendangrejo Minggir Sleman, Pak Haryanto setiap hari rutin memproduksi media tanam (baglog) jamur tiram dengan dibantu 6 orang tenaga produksinya.

Sementara untuk produksi budidayanya, pria yang pernah menjadi pengajar IPS di sebuah sekolah swasta tersebut memasarkannya di pasar tradisional dan beberapa swalayan di Yogyakarta. Jamur tiram segar yang dikenal tidak tahan lama membuat Pak Haryanto harus telaten dalam menanganinya. “Setiap hari saya bangun jam 1 dini hari untuk memanen jamur tiram, setelah itu kami kemas, dan langsung diantarkan ke pasar-pasar,” ujarnya. Menurut Pak Haryanto, salah satu kendala dalam memasarkan jamur tiram segar miliknya adalah meyakinkan para pedagang di pasar tradisional. Tidak bisa dipungkiri lagi, usaha budidaya jamur dewasa ini semakin banyak ‘pemainnya’, sehingga persaingan harga diantara mereka juga semakin ketat. Oleh karena itu, menurut Pak Haryanto, dibutuhkan perjuangan,  keuletan, dan kejujuran untuk meyakinkan para pedagang di pasar tradisional supaya bisa menerima dan menampung jamur tiram segar.