Bisnis Kreasi Kain Lurik Semakin Dilirik

Berawal dari rasa kecintaan pada budaya tenun tradisional yang ada di Indonesia, Adinindyah Feriqo (40) bersama beberapa orang rekannya sepakat untuk mendirikan Lawe pada tahun 2003. Ketika bekerja pada sebuah lembaga NGO (Non Government Organization) di daerah Sumba Barat, Mbak Adinin begitu beliau biasa disapa menemukan tenun tradisional di wilayah tersebut yang tidak tergarap secara maksimal. Tidak tergarapnya tenun tradisional tersebut lebih dikarenakan harganya yang cukup mahal dan berat, sehingga tidak terjangkau untuk kalangan masyarakat umum.

“Sejauh ini kami memang menomor satukan kualitas, standar khusus kami terapkan pada setiap produk kreasi Lawe, karena untuk bisa bersaing dalam bisnis kreatif ini memang itu jalan satu-satunya,” jelas Fitria selaku bisnis unit manager Lawe sembari tersenyum. Dari segi harga, produk Lawe dipasarkan dari mulai Rp.8.000,00 s.d. Rp.1.500.000,00/ pcs, tergantung jenis produknya. Dengan standar harga seperti itu, dalam sebulan Fitria mengaku jika Lawe bisa menghasilkan omzet di kisaran 80 juta Rupiah.